loading...

Wednesday, February 3, 2016

Anakku di Usia 5 Tahun Pertamanya

Walaupun sebenarnya penulis belum memiliki anak (istri aja belum apa lagi anak, hehe). Tulisan ini saya ciptakan karena ada dorongan dari teman untuk coba membahas tentang golden age anak.

Beberapa teman saya mulai menikah dan diantaranya ada yang sudah memiliki keturunan. Sehingga cukup sering saya bertemu dengan bayi. Karena hampir setiap hari penulis melihat bayi, maka Fenomena Harimu menghadirkan tulisan ini untuk memberikan sedikit informasi kepada teman-teman.

Bagaimana anak berkembang? Golden age anak?

Image: Paternity [Pixabay]

Golden age pada anak terjadi pada awal kehidupan anak yaitu 0-5 tahun atau bahkan hingga 8 tahun. Pada masa ini anak memiliki kemampuan menyerap informasi yang sangat tinggi. Mereka akan berusaha menyesuaikan dengan lingkungannya. Mereka meniru orang tuanya, mereka bejar dari apapun yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, masa ini dibutuhkan perhatian penuh dari orang tuanya.

Freud Sigmund (1905) mengelompokkan masa pertumbuhan anak menjadi 5 fase, namun dalam teorinya terdapat kelemahan dalam pengambilan data. Kelemahan teori tersebut terletak pada cara Freud mengumpulkan data berdasarkan metode asosiasi bebas, dream analysis dan transference-pose. Padahal scientific community membutuhkan teori yang berdasarkan observasi empiris yang dapat di olah lagi oleh ilmuwan lainnya.

Walaupun teori Freud menemui batasan, namun dapat menginspirasi teoritikus, peneliti, dan terapis lainnya. Erik Erikson lahir pada tahun 1902 dan kemudian meninggal di tahun 1994. Beliau mengembangkan teori Freud dengan mengembangkan 3 metode untuk mempelajari perkembangan yaitu: Observasi anak secara langsung, perbandingan budaya, dan psychobiography.


Lima tahun pertama menurut Erikson.


#1: Dasar kepercayaan VS  kecurigaan (0-1 tahun)
Tugas utama anak pada masa ini adalah menentukan rasio perbandingan antara kepercayaan dan kecurigaan dari orang tua. Erikson mendefinisaikan dasar kepercayaan sebagai "sebuah esensi kepercayaan penuh dari orang lain sehingga memiliki rasa layak dipercaya." Dalam artian bahwa "ada beberapa penyesuaian antara apa yang dibutuhkan dengan yang tersedia di dunia."

Bayi yang telah percaya terhadap orang tuanya akan beranggapan bahwa jika dia kelaparan maka ibunya akan hadir memberikannya makan. Serta memberikan perasaan nyaman ketika bayi tersebut merasa ketakutan atau sakit. Ketika seorang ibu menghilang dari pandangannya untuk beberapa waktu, bayi dengan tingkat kepercayaan kepada orang tua yang tinggi dapat mentoleransi hal tersebut karena mereka yakin ibunya akan datang jika mereka membutuhkannya.

Terkadang kecurigaan merupakan hal yang penting di semua usia karena dapat berfungsi sebagai pendeteksi bahaya atau ketidaknyamanan yang akan datang. Serta diskriminasi antara jujur dan berbohong pada manusia. Namun, jika kecurigaannya melebihi rasa percaya maka anak tersebut akan mengalami frustasi, penolakan, kecurigaan, dan rendah percaya diri.

Pengalaman ini akan selalu mereka bawa hingga dewasa nanti. Keluarga yang kurang harmonis, percer@ian, dan seorang ibu yang terlalu sibuk terhadap pekerjaannya memiliki kemungkinan lebih tinggi akan memberikan pengalaman yang kurang baik pada anak. Sehingga, beberapa dari anak tersebut sangat "gila" terhadap kasih sayang, frustasi anak jalanan, penolakan terhadap hukum, penuh kecurigaan terhadap selain kelompoknya dan perasaan rendah diri.

"saya sering melihat mereka [anak jalanan] sangat percaya diri?!" Karena mereka berkumpul dalam kelompok, jika mereka sendiri maka jaket kupluk hitammnya akan menutupi kepalanya dan berjalan sambil memasukkan tangan ke saku.

Secara khusus pengalaman melalui mulutnya seperti menghisap, dan mengigit adalah suatu bentuk dasar modal perilaku sosial dalam hal memberi dan menerima. Mereka mengharapkan selalu hadirnya orang tua, dan sebaiknya orang tua tidak mengecewakannya. (children, time is not money but your presence)

Bagi anak, waktu bukanlah uang tetapi kehadiranmu.


#2: Kemandirian VS rasa malu dan ragu (2-3 tahun)
Selanjutnya anak akan mengembangkan kekuatan ototnya seperti berjalan, berbicara, dan mengontrol buang air. Seoarang anak menjadi lebih independent secara fisik dan non-fisik, sehingga disini mereka mendapatkan kemungkinan baru untuk mengembangkan kepribadian.

Mereka rentan dalam beberapa hal yaitu kegelisahan terhadap orang tuanya, rasa takut seperti kesulitan mengontrol buang air karena mereka akan kehilangan harga diri jika mereka gagal mengontrol "pup." Secara ideal, orang tua membentuk sebuah lingkungan yang mendukung yang dapat membuat anak dapat mengembangkan kontrol diri tanpa membuatnya kehilangan harga diri.

Sisi positif pada masa ini adalah kemandirian dan sisi negatifnya adalah perasaan malu dan ragu. Malu dan ragu yang terbentuk pada masa ini adalah jika hasil dasar kepercayaan sedikit berkembang atau hilang (lihat kembali pada nomor 1 diatas), mendapatkan pelatihan usus (pup) yang terlalu dini atau keras, dan jika keinginan anak "rusak" akibat orang tua yang overcontrol.

Pada masa ini, anak menghadapi beberapa aturan seperti kapan mereka dapat melakukan bAb atau ruang mana pada rumah yang membolehkan mereka untuk melakukan bAb. Aturan ini merupakan sebuah petunjuk awal mereka dalam menghadapi "hukum dan perintah" masyarakat yang akan mereka hadapi.

Sebagai sebuah fungsi sosial yang baik, kemandirian dapat mendorong anak untuk menjaga seluruh hidupnya dari apapun ekonomi masyarakat dan struktur politik. Jangan patahkan harga dirinya dengan memarahinya, fasilitasi mereka agar mereka dapat mandiri. (I know all of my friends is the best parent for their children)

#3: Inisiatif VS Kesalahan (4-5 tahun)
Seorang anak harus mencari tahu seperti apa manusia dan bagaimana seharusnya seorang manusia bertingkah laku. "..Mereka ingin menjadi orang tuanya yang terlihat sangat kuat dan cantik, meskipun secara cukup masuk akal berbahaya" (Erikson, 1959, p. 74).  Inti pada stage ini adalah identifikasi anak terhadap orang tuanya.

Pada stage ini, modal dasar pembentukan kejiwaan sosialnya adalah dalam hal berbaur, mengambil inisiatif, membentuk dan melaksanakan tujuan serta berkompetisi. Inisiatif ini didukung oleh nasehat bergerak, ketangkasan fisik, bahasa, kecerdasan, dan kreatif imajinasi.

Kegiatan anak pada tahap ini adalah bermain, berimajinasi, meniru tingkah laku orang, menjadi siapapun, eksplorasi serta bereksperimen. Intinya anak berperan aktif dalam dunia luarnya. Jika anak merasa bersalah maka dia cenderung untuk berdiam diri atau mengasingkan diri. Hal ini bertujuan agar mereka dapat menghindari kesalahan sejenis. (Do you want to say "baper"?)

Sadari bahwa


Penelitian tersebut dilakukan sebelum tahun 1994 [Karena Erik meninggal pada tahun tersebut.] Lalu apakah masih berlaku hingga saat ini? Ini adalah teori yang kebenarannya tidak mutlak karena bukan sebuah "hukum" namun baik digunakan sampai saat ini.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini, banyak dari wanita yang juga bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Namun bukan berarti saat seorang anak membutuhkan ASI, ibu dari anak tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya karena tuntutan pekerjaan.

Seorang ibu bertugas sebagai pengasuh, pelindung tempat tinggal, dan mengurusi rumah. Seorang ayah bertugas mencari nafkah. Allan pease pernah mengatakan bahwa generasi kita adalah satu-satunya generasi yang dibingungkan atas tugas dan tanggung jawab gender. Sehingga sering terjadi perselisihan yang tak wajar dan mengakibatkan perpisahan.

Selain itu, rasa penasaran saya muncul pada tahap 2 (Kemandirian VS rasa malu dan ragu) yaitu "bagaimana perkembangan anak terhadap penggunaan popok bayi?" apakah akan berpengaruh terhadap kemandirian anak sehingga menyebabkan anak menjadi selalu ketergantungan terhadap hal?

Kemudian, pada tahap 3 (Inisiatif VS Kesalahan) "bagaimana perkembangan anak terhadap smartphone?" Namun sayangnya belum ada penelitian yang membahas hal tersebut. Karena perlu diketahui smartphone pertama dunia diciptakan pada tahun 1992 dengan layarnya yang hitam putih. Namun entah kenapa saya khawatir terhadap balita yang mendapatkan fasilitas penuh smartphone dari orang tuanya. Untuk lebih jauh memahami tentang anak, kami merekomendasikan untuk meninjau pengaruh orang lain terhadap perkembangan manusia. Semoga bermanfaat dan menjadi keluarga yang sakinah, mawa'dah, dan warahmah :)


Referensi:
Miller, Patricia H. Theories of Developmental Psychology fifth edition. [e-book]
Pease, Allan and Barbara. Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps. Jakarta: Ufuk Press
Wikipedia. Erik Erikson. [online]


Penulis konten: Rijal
"Anak teknik yang juga belajar psikologi, suka hal yang berkaitan dengan komputer, dan seorang ambivert."

2 komentar

Unknown delete

Thanks Jal :)
Klo boleh request lg, kapan2 bahas tentang kakak adik dong jal. Tentang apa peran kakak/adik, cara menghadapi karakter masing2, mencoba utk bisa saling terbuka, dll. Hahaha
Kutunggu post selanjutnya pak rijal.

Balas February 9, 2016 at 9:57 PM
Fenomena Harimu delete

Terimakasih dukungannya :)
FH terus berusaha memberikan yang terbaik.

Balas February 12, 2016 at 6:52 AM