loading...

Saturday, January 21, 2017

Mengapa Kita Merasa Sesal? (Menjawab Mengapa Penyesalan selalu datang diakhir)

Kami senang memberikan pandangan tentang suatu hal, apalagi sudut pandang kami dapat memberikan sudut pandang baru untuk kamu. Kali ini Fenomena Harimu mencoba memaparkan "Mengapa kita merasa sesal" atau bagi sebagian orang yang dikeluhkan  "Mengapa penyesesalan selalu datang di akhir?"

Beberapa orang menjawab "penyesalan selalu datang di akhir, kalo di depan namanya pendaftaran." (It's ok but let us to giving our opinion :))

Fenomena Harimu, Mengapa Kita Merasa Sesal?

Regret
Image: Regret [pixabay]

Menyesal tidak sama dengan kecewa


Pernahkah kamu menyadari bahwa kedua hal tersebut tidak sama?

Sesal adalah bagian emosi dari kategori sadness (kesedihan) sedangkan kecewa adalah kategori emosi disgust (Jijik.) Bagaimana kami menuju pada kesimpulan tersebut? Cobalah simak kisah dibawah ini :)

Tito dipercayakan oleh temannya—Gia dan Farod, untuk mengerjakan sebuah desain kaos yang menjadi bisnis pertama mereka. Mereka begitu optimis dengan desain dan bahan yang dipakai. Mereka dan juga orang-orang terdekatnya menilai kaos yang diproduksinya tidak kalah dengan produsen yang memulai bisnis ini jauh-jauh hari.

Dua minggu mereka produksi, akhirnya 3 lusin baju siap jual. Senang rasanya target mereka terpenuhi, Gia dan Farod pergi untuk mencari spot mereka berjualan sedangkan Tito tetap berada diruangan dengan membangun toko online. Titoditemani secangkir kopi dan rokok begitu semangatnya mengerjakan tersebut.

Dering handphone berbunyi, "Ya.. Halo??" Tito diminta oleh temannya Gia dan Farod untuk segera menemui mereka. Mereka ingin Tito menjelaskan desainnya untuk seseorang yang ditemui Gia dan Farod. Orang tersebut sepertinya cukup tertarik menurut Tito, karena mendengar suara Gia di Handphone.

Ya, anggapan Tito benar. Orang tersebut tertarik dengan desain [secara keseluruhan produk] yang diproduksi mereka. Akhirnya orang tersebut memberikan spot jualan untuk mereka dengan biaya sewa yang murah.

Sembari perjalanan pulang dimalam hari, mereka berbicara mengenai bisnis mereka kedepannya dengan angan-angan sukses yang begitu hebat. Semangat dan optimisme menyelimuti mereka namun tidak sampai depan rumah mereka.

Terlihat nyala api dari dalam rumah, bergegas mereka panik menuju rumah untuk menyelamatkan produk dan barang-barang berharga mereka. Namun api sudah cukup membesar diruangan tersebut, Teriaklah mereka meminta pertolongan warga sekitar dengan membawa sejumlah ember yang berisikan air.

Wajah panik, cemas, mereka. Panik, cemas, penasaran para warga. Akhirnya api dapat dijinakkan. Syukurlah (bagi sebagian warga) karena tidak sampai menghabiskan rumah. Tapi tidak dengan Tito, Gia, dan Farod.

Gia dan Farod mempertanyakan ini kepada Tito, "Apa yang loe lakuin sebelum ninggalin ni rumah??", "Gue juga ga tau, gue lagi ngebuat toko online terus ditelpon lu dan gue langsung berangkat.." Sebenarnya Tito beranggapan bahwa hal ini disebabkan oleh rokoknya, namun Tito lebih memilih diam.

Gia dan Farod begtitu diselimuti dengan rasa penasaran dengan sedikit rasa kecewa, dan Tito penuh dengan rasa sesal. Kini mereka harus bangkit untuk kegagalan pertama mereka.


Apakah kamu menyadari perbedaannya?

Menyesal lebih diarahkan sebab akibatnya kepada diri sendiri atas aktifitas yang telah dijalani, sedangkan kecewa diarahkan sebab akibatnya kepada orang lain.

"Saya menyesal telah memilih kamu.."
"Saya kecewa telah memilih kamu.."

Manakah yang lebih cocok? Bandingkan kembali ini:

"Saya menyesal kamu melakukan hal tersebut.."
"Saya kecewa kamu melakukan hal tersebut,,"

Ya, kecewa lebih diarahkan kepada orang lain sedangkan menyesal lebih diarahkan kepada diri sendiri.

Konsep merasa sesal (hal yang menjelaskan penyesalan datang diakhir)


Jika kamu memahami kisah diatas maka kamu akan menemukan bahwa emosi tersebut (sesal dan kecewa) selalu dihasilkan setelah mereka melakukan aktifitas. Perhatikan gambar dibawah ini:

Penyesalan selalu datang diakhir
Inilah mengapa penyesalan selalu diakhir.

Kita bekerja kemudian dihadapkan kepada suatu pilihan, saat kita mengetahui akibat dari hal yang telah kita pilih ternyata berdampak kurang menyenangkan bagi kita maka disitulah kita dihadapkan oleh dua pilihan umum—"tetap ditempat" atau bergerak. Dan biasanya kita merasa sesal ketika kita tidak dapat dihadapkan oleh pilihan untuk bergerak (nothing inspiration and motivation for moving.)

Apakah bisa penyesalan itu datang diawal? Tentulah tidak bisa, hal ini sama saja kamu ingin meminum kopi tanpa kopi itu sendiri melalui proses peleburan biji kopi. "Saya bisa meminum kopi tanpa harus meleburkan biji kopi, saya bisa membeli kopi instant langsung?!" Ya, kamu juga bisa mengambil pelajaran dari penyesalan orang lain tanpa kamu merasakan sesal itu sendiri.

Pesan utama kami berkaitan rasa sesal


Selalu ada aktifitas yang dilakukan sebelum penyesalan tersebut itu hadir. Penyesalan selalu datang terlambat atau diakhir jika diawal itu namanya sadar. Dan setiap kesadaran selalu didapatkan dari pembelajaran pengalaman orang lain yang dituang dalam buku atau lisan secara langsung.

Tetaplah belajar untuk lebih sadar akan lingkungan sekitarmu, akan apa yang terjadi dengan kamu. Karena sesungguhnya pengetahuan itu hanya membawa dari hal yang bersifat bawah sadar menjadi sadar. You've gotten success ;)

More inspiring for you :)
  Enjoy :)

Penulis FH Rijal
Penulis konten: Rijal
"Anak teknik yang juga belajar psikologi, suka hal yang berkaitan dengan komputer, dan seorang ambivert."