loading...

Sunday, October 16, 2016

[Bandwagon Effect] Cara Iklan Menggunakan Sekumpulan Orang Untuk Memengaruhimu

Teman-temanmu bermain “Pokemon GO”? Fenomena ini viral diperbincangkan di beberapa media masa seperti televisi dan dunia maya. Anak- anak, remaja dan bahkan orang dewasa pun beramai ramai menggunggah game ini di android mereka.  Di beberapa acara entertainment news, para artis juga tak mau ketinggalan memainkan game ini.

Pemberitaan tentang “Pokemon Go” ini semakin hari semakin mengeruak. Kami masih ingat dengan pemberitaan  kasus tewasnya pemain “Pokemon Go” akibat tertabrak ketika asyik bermain game ini. Lalu terdengar pula berita banyaknya kasus penjambretan handphone para gamers “pokemon go” sampai pemberitaan banyak nya penjahat yang mangkal di spot-spot  tempat karakter “pokemon go” berada.

Pemberitaan pemberitaan tersebut menambah popularitas game ini. But, then mengapa para android users beramai ramai mengunggah game ini? (FH, check it out :)

Urban
Image: urban [pixabay]
Banyaknya orang yang memainkan game ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena hasrat atau keinginan mereka untuk mengikuti suatu trend. (Kalian sudah tahu kan, apa yang dimaksud dengan trend? Untuk kalian yang belum tahu, trend adalah keadaan ketika sesuatu hal sedang digemari oleh masyarakat.) Well, ketika masyarakat dihebohkan dengan suatu trend di suatu kelompok dan yang lain ikut ikutan trend tersebut, fenomena psikologis ini dikenal dengan sebutan bandwagon effect.

Bandwagon effect adalah kecenderungan sesorang untuk mengikuti trend yang sedang berlangsung. Lalu mengapa effect ini bisa terjadi? Point point dibawah ini meringkas penyebab bandwagon effect.

Mengapa bandwagon effect terjadi [in our daily life]


Penilaian seseorang  terhadap sesuatu yang dilakukan oleh mayoritas atau sekelompok orang sudah “pasti” benar. Padahal sebutulnya belum tentu pemikiran mayoritas itu benar. Penilaian orang-orang tersebut di"dongkrak" dengan maraknya pemberitaan media terhadap suatu trend sehingga ketika media massa menggembor gemborkan hal tersebut maka sesorang akan mengabaikan informasi yang rasional atau informasi pribadi mereka dan mengikuti informasi media yang tersebar tersebut.

Hal ini dikenal dengan sebutan konfirmasi bias atau kecenderungan seseorang untuk mencari pembenaran atau bukti yang  mendukung pendapat dan keyakinan mereka dengan mengabaikan bukti-bukti yang bertolak belakang dengan pendapat dan keyakinannya tersebut. Hal ini biasanya dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis, seperti banyaknya testimoni terhadap suatu produk yang membuat sesorang terbawa  dan mengikuti informasi media tersebut.

[People love appreciation] sifat dasar manusia yang ingin diakui oleh orang lain. Ketika mereka tidak mengikuti trend tersebut maka beberapa orang akan khawatir dirinya tidak diakui oleh kelompok dan merasa terasingkan dan diasingkan.

Seperti ketika sekolompok orang menggunakan smartphone, maka jumlah pengguna smartphone akan semkin bertambah, karena seseorang tidak ingin terlihat outdated atau tidak mengikuti perkembangan zaman. [Ya, orang ingin menyesuaikan aturan kelompoknya.]

Suatu trend tersebut dikenalkan oleh seseorang atau sekelompok orang yang populer. Dengan kata lain kepopularitasan sesorang atau suatu kelompok orang dapat mempengaruhi persepsi orang lain untuk mengikuti trend tersebut. Itulah mengapa beberapa artis dijadikan sebagai endors untuk para pelaku bisnis. Karena sesorang akan lebih cenderung mengikuti orang yang populer.

Sisi lemah bandwagon effect


Eits.. be careful guys, Bandwagon effect ini dapat memberikan effect samping  #ups, effect negatif maksudnya hehe. Effect negatif nya dijelaskan dibawah ini.

  1. ketika kita terbawa effect ini, kita tidak menggunakan logika kita. Sehingga kita akan melakukan segala cara untuk mengikuti trend. Contohnya sekarang ini banyak orang orang yang menggunakan handphone cerdas dengan merk buah apel,  membuat mereka yang yang tidak terlalu membutuhkan fitur fitur yang ditawarkan oleh handphone tersebut menjadi ingin ikut ikutan memiliki handphone tersebut.

    Dengan harga nya yang dibilang tidak murah membuat benda ini tidak mudah dibeli oleh setiap orang kecuali orang yang memiliki biaya yang cukup. Tapi bagaimana dengan orang yang memiliki ekonomi yang belum cukup untuk membeli barang ini?

    Mereka yang terkena dampak effect bandwagon akan memaksakan diri untuk membelinya entah nyicil dan lain sebagainya (ya syukur syukur sih bisa lunasin hehe.) Mereka lebih mementingkan mengikuti trend yang sedang berlangsung tanpa mempertimbangkan untuk keperluan apa mereka memiliki barang tersebut dan apakah kemampuan ekonomi mereka sudah mencukupi untuk membeli barang terebut.

    Walaupun mereka mengatakan "penting" atau "butuh" sebagai kamuflase mereka, banyak orang yang tidak ingin dikatakan "lebih mementingkan mengikuti trend," menggunakan kata "butuh" oleh karena itulah mereka membeli walaupun sebenarnya tidak butuh.  Jangan sampai kita memaksakan diri ya guys untuk mengikuti suatu trend. Mari kita ikuti perkembangan zaman secara cerdas ;)
     
  2. Kedua, effect ini juga membuat kita tidak memiliki prinsip dan tidak dapat mengambil keputusan atas dasar pemikiran kita pribadi karena pemikiran kita telah terpengaruh oleh orang lain.

    Ketika pemilu presiden, banyak diantara kita yang memilih calon yang dipilih oleh kebanyakan orang di kelompoknya, entah itu keluarganya atau rekan kantornya. Karena penilaian mayoritas terhadap calon tersebut adalah baik maka kita terbawa oleh pemikiran tersebut. Sehingga kita tidak dapat memutuskan siapa calon yang kita pilih berdasarkan logika dan fakta, apakah calon yang kita pilih memang “benar” baik.

Kesimpulannya adalah bandwagon merupakan suatu fenomena psikologis  yang menyangkut kecenderungan seseorang untuk mengikuti suatu trend atau pemikiran kebanyakan orang disuatu kelompok.

Anggapan bahwa apa yang dilakukan mayoritas itu benar,sifat manusia ingin diakui, dan popularitas mempengaruhi terjadinya effect bandwagon ini. Effect ini dapat membuat kita mengenyampingkan logika dan pemikiran pribadi karena pengaruh dari pemikiran orang lain.

Referensi:
Ali, Mohammed. 2011. Psychology of bandwagon effect and other cognitive biases. Netmind. Diakses: 14 Oktober 2016
Purba, Tika Anggraeni. 2016. Bandwagon effect, Alasan megapa kita sering mudah ikut-ikutan tren. Intisari-online. Diakses: 14 oktober 2016
___. ___. Bandwagon effect. Changingminds. Diakses 13 Oktober 2016


Penulis FH Siti
Penulis konten: Siti
"Belajarlah bersama putaran waktu, setiap detik berlalu, setiap nafas terhela, berisi ilmu baru"