loading...

Saturday, March 16, 2019

Mana yang lebih sukses, si Early Birds atau si Night Owl?

Sebagian besar dari kita mungkin belum terlalu menyadari fungsi dan perspektif lain dari Matahari. Semenjak sekolah, kita tentu berfokus pada fungsi matahari dari sisi biologi, yaitu kaitannya sebagai salah satu sumber abiotik yang mempengaruhi ekosistem biotik di bumi. Atau, dari sisi geografi seperti bagaimana matahari memengaruhi cuaca dan iklim di seluruh penjuru dunia. Hanya sedikit yang kita ketahui tentang fungsi matahari dari sisi etnologi, dimana matahari dipandang berbeda dari kebudayaan manusia di tiap daerah seperti contohnya pada suku Inca di Peru yang memiliki festival pemujaan terhadap matahari. Juga, dari sisi religi seperti pengaruh besar matahari sebagai inti dari ajaran agama Shinto di Jepang.

Bagaimana, menarik kan? Matahari sebagai bintang utama yang diorbit oleh anggota tata surya ternyata memiliki banyak fungsi, kiasan, sekaligus makna yang dipahami oleh manusia dari berbagai jaman. Yang sangat berhubungan dengan manusia tentu aspek antropologi dan aspek psikologi, tentang bagaimana manusia memandang matahari secara tidak langsung sebagai acuan waktu untuk melakukan sesuatu yang memengaruhi hidupnya. Terlebih, hal itu akan multikompleks bila mengkaji pandangan dan budaya manusia yang dianugerahi matahari berlimpah (iklim tropis) bila dibandingkan dengan yang sedikit sinar matahari (iklim subtropis.)

Pergantian siang dan malam yang disebabkan oleh matahari cukup krusial dan menjadi pembeda dalam bagaimana manusia memulai aktivitasnya. Menyadur dari Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 73, disana dijelaskan bahwa Allah menciptakan siang untuk bekerja dan malam untuk beristirahat bergantian terus-menerus agar manusia bersyukur. Pada dasarnya, hal itu mengacu pada fungsi sinar matahari sebagai jam baku aktivitas manusia sejak masa prasejarah bahkan hingga kini. Tetapi setelah munculnya era listrik, perilaku dan aktivitas manusia berubah jauh hingga ‘menabrak’ jam biologis berdasar matahari yang sudah berlaku sejak dulu. Apakah itu berhubungan dengan psikologis manusia saat ini?

Early Birds vs Night Owl Secara Psikologis Pelakunya


Kembali ke judul, apakah ada hubungannya antara pergeseran aktivitas manusia yang saat ini berada di dikotomi pagi dan malam? Sudah banyak penelitian tentang hal ini terutama yang secara gamblang membagi karakter orang berdasarkan kebiasaannya beraktivitas saat pagi atau malam. Bila terbiasa memulai aktivitas saat pagi maka asosiasinya adalah seperti burung perkutut yang sibuk berkicau di saat pagi hari, sedangkan asosiasi sebaliknya adalah si burung hantu yang membelalak ketika malam hari.

Tempat Tidur
Image: Tempat Tidur [Pixabay]

Seperti yang dipublikasikan oleh Stolarski dalam Frontier in Psychology, hal tersebut diistilahkan sebagai chronotypes, dimana sebagian besar orang yang memiliki salah satu kesamaan atau ketertarikan akan berkumpul dan membuat persepsi akan perkumpulannya tersendiri. Meski bukan dianggap sebuah komunitas, orang-orang yang aktif di pagi hari akan menyamakan persepsinya terhadap aktivitas maupun kebiasaannya ketika pagi hari, bahkan hingga nanti soal pilihan karir, begitupun terjadi sebaliknya pada orang-orang yang aktif di malam hari. Apabila seseorang belum punya kecenderungan untuk lebih sering aktif pada pagi atau malam hari, dapat disebut bahwa ini tipe chronotypes yang netral.

Ada pula anggapan bahwa chronotypes ini dipengaruhi oleh gen, seperti yang dijabarkan oleh Michael J. Berus dalam Psychology Today, bahwa genetika seseorang cukup berpengaruh pada ritme dan siklus jam biologis tubuh. Disebutkan dalam penelitiannya bahwa 60% dari populasi umum memiliki varian DNA yang disebut adenin (A), dan 40% lainnya memiliki varian DNA yang disebut guanin (G). Sebagaimana tiap individu memiliki dua set kromosom DNA, maka ada perkombinasi dimana 48% dari populasi memiliki gen kombinasi A-G, 36% dari populasi memiliki gen A-A dan 16% dari populasi memiliki gen G-G. Setelahnya dijabarkan bahwa pemilik gen A-A memiliki cenderung bertipe sebagai early birds dan pemilik gen G-G cenderung bertipe sebagai night owl, sedangkan pemilik gen kombinasi A-G masuk dalam kondisi tidak berkecenderungan ke salah satunya.

Meski tampak sangat berbeda dari sudut pandang genetika, sebenarnya dua tipe chronotypes ini bukanlah tipe manusia yang memiliki fisik dan kejiwaan yang otomatis berbeda. Pada dasarnya, itu hanya mewarnai karakter manusia tersebut saat ia memilih berkecenderungan dan terbiasa untuk kapan memulai aktivitasnya sehingga akhirnya dapat memengaruhi sifat individunya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Vinita Mehta dalam Psychology Today, ada tiga perbedaan mendasar antara dua tipe chronotypes ini.

  • Yang pertama ialah tentang kepribadian, dimana orang yang beraktivitas saat malam lebih cenderung memiliki persona ‘gelap’ bila dibadingkan dengan orang yang beraktivitas pagi. ‘Gelap’ disini dapat diartikan memiliki bawaan yang dipengaruhi oleh kondisi yang mendukung saat malam hari, seperti sikap melankolisme. Oleh dorongan sikap melankolisme itu, puisi atau lagu romantis biasanya lebih cocok dibuat juga didengar saat malam hari.
     
  • Yang kedua adalah mengenai kreativitas, dimana menurut studi bahwa orang yang beraktivitas  saat malam cenderung lebih kreatif dan memiliki nilai tinggi dari sisi fleksibilitas, kestabilan, dan orisinalitas. Hal ini tentu didukung oleh suasana malam hari yang cenderung tenang, sehingga menyebabkan pikiran dapat lebih fokus dan tidak tegang.
     
  • Sementara yang ketiga adalah mengenai ketepatan waktu, dimana orang yang beraktivitas saat pagi lebih cenderung tepat waktu dibandingkan yang beraktivitas saat malam. Hal itu tentunya dapat dimaklumi sebab di waktu pagi orang-orang memiliki atmosfer bekerja yang cepat dan enerjik, juga kebanyakan dari kita sudah terbiasakan untuk datang tepat waktu saat bersekolah di pagi hari.

Maka, kembali ke pertanyaannya, siapakah yang lebih sukses? Tentu dari kita memiliki argumen masing-masing sesuai dengan kecenderungan chronotypes yang kita miliki. Jawaban paling tepat dan masuk akal adalah untuk menjawab bagaimana menjadi sukses itu ketika kita mengetahui pole position kita berada dimana dan akan sangat bergantung pada pilihan karir yang kita inginkan. Pada dasarnya, sukses adalah bauran hasil dari sikap konsisten sekaligus kerja keras, sedangkan warna kepribadian seseorang akan melengkapi bagian besar dari proses menjadi sukses tersebut.

Oleh karena itu, meski berbeda cara pandang dan kebiasaan, si Early Birds maupun si Night Owl dapat menemukan kesuksesan dengan caranya masing-masing, tergantung darimana ia bisa memosisikan peran dan karirnya di kehidupan. Bila sudah menemukan kecenderungan lebih aktif di pagi hari, maka temukanlah karir yang mendorong kamu untuk produktif di pagi hari, begitupun juga sebaliknya. Di jaman yang serba-modern ini, segala alternatif pekerjaan sudah sangat banyak sehingga tak ada alasan bagi kita untuk tidak sukses dengan warna kepribadian yang kita miliki.

“Tidak ada rahasia dari kesuksesan. Itu adalah hasil dari persiapan, kerja keras, dan belajar dari kesalahan.”

- Colin Powell

Recommended Post:

Sumber :
[1] Jocz, P., Stolarski, M., & Jankowski, K. S. (2018). Similarity in chronotype and preferred time for sex and its role in relationship quality and sexual satisfaction. Frontiers in Psychology, 9, 443.
[2] Breus, Michael J. 2012. Early Bird or Night Owl? It’s In Your Genes. [Psychologytoday]
[3] Mehta, Vinita. 2015. 3 Key Differences Between Evening and Morning People. [Psychologytoday]

Penulis FH Widya Penulis konten: Fikri
"Otak bukanlah pengingat yang baik. Karenanya, menulislah."