loading...

Saturday, April 13, 2019

Bagaimana Mencapai Kemudahan Kerja Dengan Kerja Cerdas?

Kalau kamu sekarang berposisi sebagai generasi Z yang gemar sekali berjargon “bekerjalah lebih cerdas”, percayalah kalau itu semua merupakan warisan paradigma masyarakat dunia yang terus berkembang. Memang, pada generasi X bahkan generasi milenial sekalipun sangat akrab dengan pekerjaan yang menuntut kerja keras, seperti menjadi petani, nelayan, hingga karyawan pabrik. Pemikiran mereka memang cenderung diwarnai oleh pengaruh persona fisik, semakin kuat fisikmu maka itu akan menunjang kerja kerasmu. Memang itu tidak salah, tetapi relevansinya agak mulai berkurang popularitasnya semenjak memasuki milenium kedua terutama sejak dimulainya abad internet.

Kerja Cerdas
Gambar. Kerja Cerdas [Pixabay]


Sekarang banyak orang berbicara bagaimana caranya untuk terus bekerja cerdas, sebab kita sudah diwarisi kemajuan luar biasa, terutama di bidang teknologi yang sudah begitu efisien. Barangkali melakukan pekerjaan yang dulunya membutuhkan tenaga dan waktu seperti mencari referensi dan intisari dari sebuah buku, kini hanya bermodalkan ongkang kaki dan sedikit gerakan jari lewat Google untuk mendapatkan hasil yang sama, dengan harga yang lebih murah dan terselesaikan dalam waktu yang sangat cepat. Apakah itu dapat dikatakan sebagai bekerja cerdas?

Menurut kami, mungkin seharusnya tidak, karena yang dimaksud dengan cerdas disini sebenarnya mengacu pada apakah ada sesuatu yang memicu perkembangan dari cara kita berpikir dan meramu solusi dari permasalahan yang dihadapi sehari-hari. Teknologi tinggi tentu sangat membantu, tetapi pikiran kitalah yang semestinya semakin cerdas.

Kalaulah mengerjakan hal keren seperti misalnya merakit drone dengan bantuan informasi dari internet di hari ini, rasanya mungkin cenderung biasa saja. Tetapi, seseorang yang berada pada tahun 225 SM yang sudah mampu menciptakan teknologi rantai untuk membantu pekerjaannya, maka bisa dikatakan dia adalah seseorang yang bekerja cerdas. Lalu, apa parameter yang dapat dibandingkan dari bekerja keras dan bekerja cerdas? Tentu saja, ada dua hal yang berbeda yakni kemampuan fisik dan satunya lagi kecerdasan pikiran. Dari sini, apakah sesungguhnya kedua hal ini patut dipertentangkan?

Tai Lopez, seorang pebisnis digital, dalam interviewnya di Youtube memaparkan teori miliknya yang berhubungan dengan sikap seseorang yang sukses. Menariknya, ia membagi teorinya dalam empat blok besar yang menunjang satu sama lain untuk mencapai hasil yang optimal. Mencacah dalam empat bagian sebesar masing-masing 25%, begini menurutnya cara menjadi bersikap untuk sukses ;

  • 25% pertama, jadilah perfeksionis. Maksudnya adalah dalam setiap pekerjaan, maka lakukanlah yang terbaik menurut standar yang dimiliki. Setelahnya, selalu cek dan ricek pekerjaan tersebut agar mendapatkan letak kesalahan yang dapat segera diperbaiki.
     
  • 25% kedua, jadilah terorganisasi. Maksudnya adalah selalu menempatkan tiap pekerjaan dalam skala prioritasnya, juga waktu-waktu terbaiknya. Sebab, kita tak dapat melakukan semua hal dalam satu waktu. Membuatnya dalam bagan atau jadwal akan sangat membantu.
     
  • 25% ketiga, tetaplah bekerja keras. Sikap bekerja keras tentu tak dapat dihapus, sebab di era serba mudah ini penyakit yang menjangkiti kita justru adalah kemalasan itu sendiri. Menjalani proses dan belajar berdisiplin, adalah beberapa contoh dari karakter pekerja keras yang tetap relevan hingga kapanpun.
     
  • 25% keempat, berlakulah bijaksana. Untuk dapat berlaku bijak, maka dibutuhkan pengalaman. Mendapatkan pengalaman, berarti menuntut kita untuk langsung mengalami dan tak bisa diwakili oleh jalan pintas bahkan ilmu dan teknologi sekalipun. Maka, tetaplah membaca buku, temui guru dan mentor, atau jelajahilah tempat baru untuk menemukan banyak pengalaman yang membantu kita menjadi lebih bijak dalam bersikap.

Setelah mengetahui teori karakter sukses di atas, tentunya kamu sudah diasupi oleh ilmu yang baru, kan? Maka inilah nutrisi untuk bekerja cerdas. Tetapi apakah ilmu saja cukup? Tentu tidak, karena setelahnya justru petualangan itu baru dimulai dengan cara tetap bekerja keras merintisnya dari nol dan menjalani tiap prosesnya. Rasa-rasanya tak ada yang banyak berubah dari cara menjadi sukses, orang-orang sukses kekinian pun tak luput dari bekerja keras -tentu saja, dengan cara yang cerdas. Lalu, adakah cara untuk menyelaraskan keduanya dalam keseharian? Mungkin beberapa tips sederhana ini dapat membantu kamu, diantaranya ;

#1 Minimalkan distraksi


Distraksi, tak melulu hal yang mengganggu. Justru, distraksi adalah hal yang seringkali menyenangkan yang dalam taraf tertentu menjadi sebuah gangguan. Distraksi juga bisa jadi muncul ketika kita terlalu lama mengambil jeda dari pekerjaan yang dijalankan sehingga ketika memulai kembali rasanya jadi susah fokus. Susah susah gampang sih untuk mengenalinya. Solusinya, kenali distraksimu. Barangkali untuk generasi Z tentu saja tak jauh dari gadget, kan? Coba atur dan jauhi beberapa waktu agar fokusmu dapat terjaga.

#2 Catat prioritasmu dalam kuadran


Ada penemuan cukup menarik yang berkembang saat ini untuk mencatat prioritas dengan bentuk kuadran. Coba tarik garis bujur dan lintang untuk membentuk sebuah diagram cartesius, dan kini sudah terbagi empat segi/kuadran yang siap diisi oleh prioritas. Coba pilih satu sisi paling atas sebelah kanan untuk mencatat kuadran 1 (penting, genting) untuk mengirisi pekerjaan penting yang paling segera untuk dilakukan. Boleh juga menambahkan warna merah sebagai asosiasi ‘deadline’ disana. Lanjutkan ke sisi selanjutnya untuk mencatat kuadran 2 (penting, tidak genting) untuk pekerjaan penting yang bisa longgar waktunya. Lanjutkan ke kuadran 3 (tidak penting, genting) biasanya yang isinya hal aktivitas keseharian yang tidak terlalu penting tetapi harus segera dilakukan, misalnya seperti mencuci baju dan menjemurnya. Lalu, terakhir isi kuadran 4 (tidak penting, tidak genting) berupa pekerjaan yang bisa dilakukan kapan saja tetapi tetap mesti dicatat agar tak serta merta dilupakan.

#3 Atur waktumu sendiri


Tips ini mungkin sangat tepat untuk orang yang bisa dengan bebas memilih waktu bekerjanya. Bahkan, kalaupun ternyata sistem untuk bekerja sudah diatur oleh orang lain, nyatanya kita tetap dapat mengatur waktu yang ada menjadi tetap tepat guna. Pertama-tama, lihat karakter diri kita sendiri, dengan maksud apakah kita adalah orang yang lebih senang bekerja dalam proses dan langkah-langkah kecil dari awal, atau justru kita adalah orang yang cocok untuk menunda hingga menuju batas waktu dan menyelesaikannya saat itu juga.

Bagi orang yang mengambil contoh pertama, ada baiknya memang menganggarkan waktu untuk dapat mencicil sedikit demi sedikit pekerjaannya meskipun kadangkala justru terkesan tanggung. Berbeda dengan langkah kedua yang mungkin membutuhkan waktu fokus yang lebih lama karena tekanan untuk menyelesaikan tugasnya sudah meninggi menjelang waktu akhir penyelesaian. Memang, keduanya memiliki karakter yang berbeda tetapi tujuannya tetap sama yaitu menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Kamu memilih tipe yang mana?

Jadi, sebenarnya bekerja keras dan bekerja cerdas itu bukanlah hal yang dipertentangkan, ya. Justru itu adalah irisan terpenting dari banyak segi karakter orang yang sukses. Bagaimana, siap untuk bekerja keras dan bekerja cerdas dari sekarang?

"Persiapan terbaik untuk pekerjaan yang baik esok hari adalah melakukan pekerjaan baik hari ini."
- Elbert Hubbard

Recommended post:

Sumber :
[1] Tai Lopez : 7 Practical Way to Rewire Your Brain [youtube]


Penulis FH Widya Penulis konten: Fikri
"Otak bukanlah pengingat yang baik. Karenanya, menulislah."