Berbicara tentang gaya hidup, ada yang sedang dielu-elukan dikalangan milennial: gaya hidup minimalis. Katanya, menerapkan gaya hidup minimalis akan membuat manusia jauh lebih bahagia. Memangnya seperti apa sih?
Kalau kamu mengetikkan kata ‘minimalis’ di pencarian google, hasil teratas yang akan banyak kamu temukan adalah tentang konsep desain rumah yang identik dengan warna putih, sedikit barang namun terkesan mahal. Merambah sebagai konsep gaya hidup, minimalis juga masih tentang menyedikitkan barang-barang yang tidak begitu diperlukan. Konsep tersebut menjadi tren seiring dengan larisnya buku berjudul ‘The Life-Changing Magic of Tidying Up’, seni berbenah ala Jepang yang ditulis oleh Marie Kondo.
Awalnya saya kira, menerapkan gaya hidup minimalis adalah hanya tentang seni berbenah barang seperti yang menjadi fokus pada buku Marie Kondo tersebut. Nyatanya tidak hanya itu, terinspirasi dari serial Podcast Subjective berjudul ‘Hidup Minimalis: 7 Hal Penting Dalam Hidup Yang Perlu Lo Kurangin’ milik Iqbal Hariadi di Spotivy, saya terinspirasi untuk membagikan pengetahuan yang didapat melalui tulisan ini, bahwa gaya hidup minimalis tidak melulu tentang barang, namun tentang banyak hal.
Berikut 7 hal yang dirangkum dari isi podcast tersebut,
Hal pertama yang perlu dikurangi dalam menerapkan gaya hidup minimalis ada pada ponsel kita sendiri. Coba hitung, berapa kali kita mengecek ponsel dalam sehari? Berapa lama kita menghabiskan waktu dengan ponselmu? Bahkan, ponsel mungkin menjadi benda yang terakhir kali kita pegang sebelum tidur dan pertama kali kita cari saat bangun tidur. Iya, kan?
Semakin canggih teknologi, ponsel menawarkan media penyimpanan yang semakin besar, ditunjang dengan beragam aplikasi yang bisa diunduh sangat mudah. Hal itu menyebabkan kita kalap mengunduh berbagai aplikasi. Namun, coba cek, apakah semua aplikasi yang ada pada ponsel benar-benar kita gunakan?
Berilah jeda 2 minggu misalnya, jika ada aplikasi yang sama sekali digunakan, hapuslah, sedikitkan pilihan aplikasi. Simpanlah yang hanya benar-benar kita butuhkan dan menunjang aktivitas.
Satu ponsel bisa memuat beragam akun media sosial mulai dari Facebook, Instagram, Path, Pinterest, twitter, WhatsApp, Line hingga Youtube. Alih-alih tak mau ketinggalan informasi, kita mengaktifkan notifikasi semua akun tersebut di ponsel. Temanmu mengunggah instagram stories, notifikasi muncul, temanmu menyukai foto yang baru saja kamu unggah, notifikasi muncul dan ponselmu terus berbunyi. Duh, hal itu bisa membuat kamu tidak fokus beraktivitas! Selalu ingin membuka ponsel untuk sekadar mengecek tiap notifikasi. Dalam podcastnya, Iqbal Hariadi menghimbau agar hanya mengaktifkan notifikasi yang sangat penting saja misalnya pada WhatsApp. Selebihnya, matikan. Mengurangi notifikasi berarti kita mengurangi gangguan yang muncul dari ponsel yang sering membuat susah fokus. Mengurangi notifikasi juga berati mengurangi jumlah grup seperti di WhatsApp, Line, Telegram dan lainnya.
Pernah tidak sewaktu lagi bosan, kamu membuka instagram, scrolling lini masa dari atas hingga terus kebawah. Tidak terasa tahu-tahu sudah lebih dari 3 jam. Pertama kamu melihat unggahan teman yang sedang liburan di pantai, kedua kamu membaca berita tentang politik, ketiga melihat informasi terbaru tentang artis korea dan begitu seterusnya. Sadar tidak sih, saat itu otak kamu terlalu banyak menerima informasi yang berlainan? Loncat dari hal yang satu ke hal lainnya tanpa jeda. Setelah membaca tulisan ini, tetapkan tujuan sebelum membuka media sosial. Apa informasi yang ingin kamu dapat? Hentikan scrolling setelah informasi itu sudah kamu dapat. Waktumu bisa digunakan untuk melakukan hal lain yang lebih produktif.
Pertanyaan tentang, “Hari ini mau pakai baju apa ya?” adalah pertanyaan yang cukup memakan waktu, berpikir terlalu lama di depan lemari baju hanya untuk menentukan pilihan, bayangkan kalau kamu melakukannya setiap hari, berapa banyak waktu yang telah kamu habiskan? Tips sederhana dari saya agar tidak perlu berpikir setiap hari, rencanakan untuk seminggu kedepan tentang baju apa yang akan kamu kenakan, mulai dari atasan hingga bawahan. Letakkan di satu tempat secara berurutan.
Dan yang paling penting, sekali waktu sempatkanlah berbenah. Buka lemarimu lalu renungkan apakah semua baju benar-benar masih sering kamu pakai? Jika ada pakaian yang sama sekali tidak dipakai lagi, keluarkan. Baju-baju yang masih layak pakai bisa kamu sumbangkan. Yang tidak layak pakai bisa kamu buang.
Ditengah munculnya berbagai market place yang memudahkan belanja secara online membuat manusia menjadi konsumtif. Memang, terkadang bagi sebagian orang, berbelanja bisa membuat senang. Walaupun rasa senang tersbut hanya dirasakaan sesaat. Terlalu banyak membeli barang-barang juga bisa membuat rumah makin sesak. Kadar kebahagiaan seseorang bisa menurun jika melihat rumah yang penuh dengan barang. Belum lagi, tawaran-tawaran cashback yang menggiurkan setelah gajian. Tips dari Iqbal, kurangilah belanja. Setelah ada pemasukan, langsung alokasikan untuk dana kebaikan misalnya zakat, setelah itu alokasikan untuk membayar hutang jika ada, masukkan ke tabungan dan sisanya baru untuk belanja.
Untuk hal yang satu ini lebih kepada pola pikir. Ibaratnya, hidup hanya ada dua pilihan: 0 atau 1. Setiap kita pasti punya masalah dalam hidup, tapi pilihannya hanya ada dua: komplen atau cari solusi. Contoh sederhananya, misalnya skripsi kamu tidak kelar-kelar, kamu bisa saja menyalahkan dosen yang sulit ditemui dan referensi yang tidak memadai dari kampus. Tapi pilihan ada ditanganmu: terus fokus pada masalah tersebut atau berusaha lebih keras untuk menyelesaikannya. Atau misalnya kamu fresh graduate yang masih menganggur, kamu bisa saja menyalahkan sistem perekrutan di Indonesia yang masih kental dengan praktik nepotisme dan suap, atau kamu memilih untuk berikir lebih kreatif dengan mengambil job freelance, berdagang, mendirikan start up ataupun usaha lainnya.
Pilihan untuk menerapkan gaya hidup minimalis dan lebih bahagia ada ditanganmu, kan? Semoga tulisan ini bisa membantu.
Rekomendasi:
Referensi :
Spotivy. Podcast Subjective. Iqbal Hariadi. 2018. ‘Hidup Minimalis: 7 Hal Penting Dalam Hidup Yang Perlu Lo Kurangin’
Kalau kamu mengetikkan kata ‘minimalis’ di pencarian google, hasil teratas yang akan banyak kamu temukan adalah tentang konsep desain rumah yang identik dengan warna putih, sedikit barang namun terkesan mahal. Merambah sebagai konsep gaya hidup, minimalis juga masih tentang menyedikitkan barang-barang yang tidak begitu diperlukan. Konsep tersebut menjadi tren seiring dengan larisnya buku berjudul ‘The Life-Changing Magic of Tidying Up’, seni berbenah ala Jepang yang ditulis oleh Marie Kondo.
Gambar. Gaya Hidup Minimalis [Pixabay] |
Awalnya saya kira, menerapkan gaya hidup minimalis adalah hanya tentang seni berbenah barang seperti yang menjadi fokus pada buku Marie Kondo tersebut. Nyatanya tidak hanya itu, terinspirasi dari serial Podcast Subjective berjudul ‘Hidup Minimalis: 7 Hal Penting Dalam Hidup Yang Perlu Lo Kurangin’ milik Iqbal Hariadi di Spotivy, saya terinspirasi untuk membagikan pengetahuan yang didapat melalui tulisan ini, bahwa gaya hidup minimalis tidak melulu tentang barang, namun tentang banyak hal.
“Jika kamu punya sedikit opsi dalam hal apapun, kamu lebih mudah untuk fokus ke hal yang spesifik yang paling penting.”
– Iqbal Hariadi, penulis dan influencer.
Berikut 7 hal yang dirangkum dari isi podcast tersebut,
#1 Gaya Hidup Minimalis: Kurangi aplikasi
Hal pertama yang perlu dikurangi dalam menerapkan gaya hidup minimalis ada pada ponsel kita sendiri. Coba hitung, berapa kali kita mengecek ponsel dalam sehari? Berapa lama kita menghabiskan waktu dengan ponselmu? Bahkan, ponsel mungkin menjadi benda yang terakhir kali kita pegang sebelum tidur dan pertama kali kita cari saat bangun tidur. Iya, kan?
Semakin canggih teknologi, ponsel menawarkan media penyimpanan yang semakin besar, ditunjang dengan beragam aplikasi yang bisa diunduh sangat mudah. Hal itu menyebabkan kita kalap mengunduh berbagai aplikasi. Namun, coba cek, apakah semua aplikasi yang ada pada ponsel benar-benar kita gunakan?
Berilah jeda 2 minggu misalnya, jika ada aplikasi yang sama sekali digunakan, hapuslah, sedikitkan pilihan aplikasi. Simpanlah yang hanya benar-benar kita butuhkan dan menunjang aktivitas.
#2 Gaya Hidup Minimalis: Kurangi notifikasi
Satu ponsel bisa memuat beragam akun media sosial mulai dari Facebook, Instagram, Path, Pinterest, twitter, WhatsApp, Line hingga Youtube. Alih-alih tak mau ketinggalan informasi, kita mengaktifkan notifikasi semua akun tersebut di ponsel. Temanmu mengunggah instagram stories, notifikasi muncul, temanmu menyukai foto yang baru saja kamu unggah, notifikasi muncul dan ponselmu terus berbunyi. Duh, hal itu bisa membuat kamu tidak fokus beraktivitas! Selalu ingin membuka ponsel untuk sekadar mengecek tiap notifikasi. Dalam podcastnya, Iqbal Hariadi menghimbau agar hanya mengaktifkan notifikasi yang sangat penting saja misalnya pada WhatsApp. Selebihnya, matikan. Mengurangi notifikasi berarti kita mengurangi gangguan yang muncul dari ponsel yang sering membuat susah fokus. Mengurangi notifikasi juga berati mengurangi jumlah grup seperti di WhatsApp, Line, Telegram dan lainnya.
#3 Gaya Hidup Minimalis: Kurangi scroll tanpa tujuan
Pernah tidak sewaktu lagi bosan, kamu membuka instagram, scrolling lini masa dari atas hingga terus kebawah. Tidak terasa tahu-tahu sudah lebih dari 3 jam. Pertama kamu melihat unggahan teman yang sedang liburan di pantai, kedua kamu membaca berita tentang politik, ketiga melihat informasi terbaru tentang artis korea dan begitu seterusnya. Sadar tidak sih, saat itu otak kamu terlalu banyak menerima informasi yang berlainan? Loncat dari hal yang satu ke hal lainnya tanpa jeda. Setelah membaca tulisan ini, tetapkan tujuan sebelum membuka media sosial. Apa informasi yang ingin kamu dapat? Hentikan scrolling setelah informasi itu sudah kamu dapat. Waktumu bisa digunakan untuk melakukan hal lain yang lebih produktif.
#4 Gaya Hidup Minimalis: Kurangi pakaian
Pertanyaan tentang, “Hari ini mau pakai baju apa ya?” adalah pertanyaan yang cukup memakan waktu, berpikir terlalu lama di depan lemari baju hanya untuk menentukan pilihan, bayangkan kalau kamu melakukannya setiap hari, berapa banyak waktu yang telah kamu habiskan? Tips sederhana dari saya agar tidak perlu berpikir setiap hari, rencanakan untuk seminggu kedepan tentang baju apa yang akan kamu kenakan, mulai dari atasan hingga bawahan. Letakkan di satu tempat secara berurutan.
Dan yang paling penting, sekali waktu sempatkanlah berbenah. Buka lemarimu lalu renungkan apakah semua baju benar-benar masih sering kamu pakai? Jika ada pakaian yang sama sekali tidak dipakai lagi, keluarkan. Baju-baju yang masih layak pakai bisa kamu sumbangkan. Yang tidak layak pakai bisa kamu buang.
#5 Gaya Hidup Minimalis: Kurangi belanja
Ditengah munculnya berbagai market place yang memudahkan belanja secara online membuat manusia menjadi konsumtif. Memang, terkadang bagi sebagian orang, berbelanja bisa membuat senang. Walaupun rasa senang tersbut hanya dirasakaan sesaat. Terlalu banyak membeli barang-barang juga bisa membuat rumah makin sesak. Kadar kebahagiaan seseorang bisa menurun jika melihat rumah yang penuh dengan barang. Belum lagi, tawaran-tawaran cashback yang menggiurkan setelah gajian. Tips dari Iqbal, kurangilah belanja. Setelah ada pemasukan, langsung alokasikan untuk dana kebaikan misalnya zakat, setelah itu alokasikan untuk membayar hutang jika ada, masukkan ke tabungan dan sisanya baru untuk belanja.
#6 Gaya Hidup Minimalis: Kurangi komplen
Untuk hal yang satu ini lebih kepada pola pikir. Ibaratnya, hidup hanya ada dua pilihan: 0 atau 1. Setiap kita pasti punya masalah dalam hidup, tapi pilihannya hanya ada dua: komplen atau cari solusi. Contoh sederhananya, misalnya skripsi kamu tidak kelar-kelar, kamu bisa saja menyalahkan dosen yang sulit ditemui dan referensi yang tidak memadai dari kampus. Tapi pilihan ada ditanganmu: terus fokus pada masalah tersebut atau berusaha lebih keras untuk menyelesaikannya. Atau misalnya kamu fresh graduate yang masih menganggur, kamu bisa saja menyalahkan sistem perekrutan di Indonesia yang masih kental dengan praktik nepotisme dan suap, atau kamu memilih untuk berikir lebih kreatif dengan mengambil job freelance, berdagang, mendirikan start up ataupun usaha lainnya.
Pilihan untuk menerapkan gaya hidup minimalis dan lebih bahagia ada ditanganmu, kan? Semoga tulisan ini bisa membantu.
Rekomendasi:
- Cara Terbaik Menggunakan Media Sosial Sebagai Pendukung Kesuksesanmu
- Fenomena The Sunk Cost Effect "sayang kalau dibuang"
- [Diderot Effect] Alasan Membeli Karena Ingin Bukan Karena Butuh
Referensi :
Spotivy. Podcast Subjective. Iqbal Hariadi. 2018. ‘Hidup Minimalis: 7 Hal Penting Dalam Hidup Yang Perlu Lo Kurangin’
Penulis konten: Widya
"Introvert. Belajar memahami dengan menjadi pendengar. Belajar mengerti dengan menjadi pembaca. Belajar berbagi dengan menjadi penulis."