loading...

Saturday, March 30, 2019

Ingin Mengatur Keuangan? Kamu Wajib Memahami Konsep Keuangan Robert Kiyosaki

Bisa dibilang, berbicara soal uang adalah salah satu hal yang paling sensitif dalam kehidupan sehari hari. Bagaimana tidak, uang adalah salah satu motif dan alasan untuk orang mendapatkannya bahkan dengan cara berebut. Yuval Noah Harari, dalam bukunya Sapiens, mengatakan bahwa uang bahkan memiliki kekuatan yang setara dengan pengaruh kekuasaan sebab menurutnya uang meminta kita mempercayai bahwa orang lain memiliki sesuatu. Meskipun pada dasarnya fungsi uang adalah sebagai alat tukar, pemaknaan uang lebih kepada sebuah produk psikologis dimana uang adalah sistem kesaling-percayaan paling universal dan paling efisien yang pernah diciptakan.

Image: Koin [Pixabay]


Segaris dengan pengaruh uang, maka apabila orang mampu menyimpan hingga menimbunnya sehingga dapat dikatakan orang itu menjadi kaya. Logika yang terbalik pun sama, apabila orang itu terlihat kaya maka dapat dikatakan ia memiliki banyak uang. Tentu tidak salah, tetapi cukup keliru bila digali lebih dalam. Seperti pemikiran orang umum, sesuatu yang disebut kekayaan biasanya diukur dari seberapa besar pemasukan atau pendapatan yang dimiliki oleh seseorang, katakanlah gaji atau keuntungan usaha. Atau, kekayaan juga biasanya diukur dari seberapa banyak harta benda yang dimiliki atau ditunjukkan oleh orang tersebut. Bagaimana, mungkin kita sering terperangkap dengan pemikiran seperti itu kan? Tetapi, bila andaikan pemasukan besar diimbangi bahkan dilebihi oleh pengeluaran yang juga besar, apakah orang tersebut juga disebut kaya? Tentu tidak.

Sebelum bercerita lebih jauh, mari kenali uang sebagai salah satu pola variabel. Bila manusia dapat dikatakan sebagai variabel terikat dan uang sebagai variabel bebas (karena nilainya yang berubah-ubah), maka untuk menjadikannya terkendali kita membutuhkan variabel kontrol. Nah, variabel bersangkutan adalah financial management. Tentu saja, hal ini tidak diajarkan secara umum bahkan kalaupun ada maka biasanya hanya dipelajari secara mendalam di dunia perkuliahan pada jurusan akuntansi atau ekonomi. Padahal, ilmu financial management akan sangat berguna oleh siapapun dan apapun pekerjaannya sebab segalanya sekarang ditakar pada nilai uang.

Sekarang mari kita berpikir, apakah kita hanya akan sekadar mengontrol pemasukan kita yang seadanya agar tetap dapat mengalokasikan pengeluaran dengan terkendali? Atau pada kasus lain justru berkeinginan melipatgandakan pemasukan agar tidak terlalu menderita akibat banyaknya hal-hal yang tak mampu terpenuhi? Boleh jadi, dua hal itu adalah dorongan utama dalam mengaplikasikan ilmu keuangan. Setelah mengetahui kondisi aktual keuangan kita sendiri  maka kita akan mulai bertanya bagaimana cara kita mengontrol pengeluaran sementara di lain sisi kita juga ingin melipatgandakan pemasukan?

Robert T. Kiyosaki, dalam bukunya Rich Dad Poor Dad, memberikan pandangan menarik terkait ilmu financial management yang paling mendasar. Untuk dapat mengaplikasikannya, kita harus mengetahui apa itu definisi aset dan liabilitas. Menurut Robert, sesuatu yang dinamakan aset adalah sesuatu yang memiliki nilai dan konsisten mendatangkan keuntungan dari sana. Apakah aset mesti berbentuk barang? Tidak juga, sesuatu yang sifatnya immateriil pun dapat menjadi aset selama konteksnya dapat memberikan nilai dan mendatangkan keuntungan, misalnya seperti desain sebuah merk atau resep masakan tradisional. Berkebalikan dengan aset, maka yang disebut liabilitas adalah sesuatu yang memiliki nilai tetapi justru berkurang nilainya seiring waktu. Istilahnya yang umum dikenal mengenai fenomena penurunan nilai ini yaitu depresiasi, yang biasanya hanya dialami oleh benda yang bersifat barang (materiil) seperti rumah, kendaraan, alat elektronik, dsb.

Lalu pertanyaannya, apakah benda seperti rumah dan kendaraan tidak dapat didefinisikan sebagai aset? Belum tentu, apabila ia tidak mendatangkan atau melipatgandakan keuntungan bagi kita. Bila kita membeli kendaraan dan hanya menggunakannya sehari-hari, menurut Robert itu hanyalah liabilitas sebab kendaraan itu akan berkurang nilainya dan menyedot pemasukan kita dengan sejumlah biaya perawatan. Namun, bila kendaraan itu digunakan untuk sebuah usaha dan dari usaha itu mampu mendatangkan pemasukan baru, maka dapatlah kendaraan itu dikatakan sebagai aset. Sudah mengerti kan, bedanya?

Kembali ke permasalahan awal, cara untuk mengatur keuangan untuk pemasukan yang stabil sebenarnya sangat mudah ditemui dari banyak referensi, terutama soal mengatur pencatatan pemasukan dan pengeluaran (yang lebih mudahnya disebut dengan cashflow). Dari pencatatan itu, sebenarnya kita sudah tahu pola pengeluaran kita sehingga kita nantinya bisa mengatur prioritas untuk mendahulukan kebutuhan yang mana dulu yang ingin kita penuhi tiap bulannya. Dalam pelaksanaannya, tentu saja butuh konsistensi mengingat banyak biaya tak terduga keluar karena tidak tercatat sehingga terjadi kerugian/mandek sebelum pemasukan kembali datang di periode selanjutnya. Kunci dari pengaturan keuangan sebenarnya adalah ketepatan proporsi dari kebutuhan, sehingga dengan penghasilan secukupnya pun kebutuhan dapat terpenuhi dengan baik.

Lalu, apabila kita berniat untuk melipatgandakan pemasukan diluar dari pencatatan keuangan bulanan biasa bagaimanakah caranya? Robert Kiyosaki memperkenalkan empat kuadran yang terkenal dalam bukunya yaitu kuadran E (Employee, pegawai), kuadran S (Self-Employed, tenaga ahli/self-preneur), kuadran B (Business Owner, pengusaha) dan kuadran I (Investor, penanam saham). Dari sana, kita dapat melihat bahwa kita berada di kuadran mana berdasarkan kondisi karir dan keuangan yang kita miliki. Menurut Robert, untuk melipatgandakan pemasukan kita mesti berpikir seperti seorang investor dimana mereka membangun aset dan itu akan menuntun pada penghasilan pasif. Sisihkan beberapa persen dari pemasukan kita tiap bulan dan mulailah menabung untuk mendapatkan aset yang menjanjikan, contohnya seperti menabung logam mulia, deposito, atau reksadana. Yang paling disarankan oleh Robert tentu saja berinvestasi  pada bentuk wirausaha dan pemasaran jaringan.

Bagaimanapun nantinya cara kita mengatur keuangan, hal yang mesti dipatuhi adalah memastikan bahwa pengeluaran tak lebih besar daripada pemasukan. Dengna mampu mengontrol pengeluaran, kita sudah menjadi sesoerang yang ‘kaya’. Selanjutnya, dari sisihan pemasukan yang mengendap itu tentu dapat kita jadikan modal untuk membangun aset yang nantinya berpotensi untuk menjadikan kita ‘lebih kaya’. Bagaimana, sudah tertarik untuk lebih mendalami ilmu keuangan?


“Bila hanya bekerja keras saja, uang anda tak akan pernah menciptakan kekayaan. Anda harus mengambil kendali pada sumber penghasilan anda. Berinvestasilah.”

- Robert T. Kiyosaki, dalam Rich Dad Poor Dad.

Recommended post: Cash Flow Sebagai Cara Dasar Mengelola Keuangan Pribadi dan Keluarga

Referensi :
[1] Kiyosaki, Robert T. 2002. Rich Dad Poor Dad,  Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
[2] Harari, Yuval Noah. 2017. Sapiens, Penerbit KPG : Jakarta.

Penulis FH Widya Penulis konten: Fikri
"Otak bukanlah pengingat yang baik. Karenanya, menulislah."